Selasa, 13 Juni 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PERSILANGAN BUATAN



Sabtu,22 April 2017


PERSILANGAN BUATAN
                                                                  

I. TUJUAN
1. Melatih penggunaan rumus Binomial Newton.
2. Melatih penggunaan ch-square Methods.


II. DASAR TEORI
 A.     Persilangan monohybrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Dengan kata lain, sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat intermedier.
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom dengan yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak. Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1 meter. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan untuk mengamati. Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil berikut: Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya adalah tinggi, sedangkan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangakn ratio genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu tumbuhan ercis homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek.

B.   Persilangan dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of  Independent assortmen of genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb.
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan dipelajari dua individu dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan dihibrid. Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning.
Penyimpangan – penyimpangan yang terjadi pada dihibrid ada 4 macam , yaitu :
a.       Epistasi dominan
Epitasi dominan terjadi jika dua pasang gen dominan lengkap mengatur sifat yang sama tetapi satu allel dominan pada satu allel lokus dapat menghasilkan fenotip tertentu, tidak tergantung gen pada lokus yang lain dominan maupun resesif. Nisbah fenotipe pada F2 adalah 12 : 3 : 1.
b.      Epistasi resesif
Terjadi apabila dua gen dominan lengkap tetapi gen resesif pada suatu lokus akan menekan penampilan allel  pada lokus yang lain . Nisbah fenotipe pada F2  adalah 9 : 2 : 1 .
c.       Epistasi dominan resesif
Terjadi apabila satu gen dominan pada satu lokus dan homozygot resesif pada lokus yang lain bersifat epsitatik, yaitu apabila terdapat salah satu gen itu akan mencegah pemuatan hasil akhir gen. Nisbah fenotipe pada F2 adalah13 : 3.
d.      Dominan rangkap
Terjadi apabila dua allel memiliki peran yang sama dalam mengatur satu sifat. Nisbah fenotipe pada F2 ADALAH 15 : 1 .
e.       Resesif rangkap ( Suryo, 1984 )
Terjadi apabila Fenotipe yang sama dihasilkan oleh kedua genotipe homozygot resesif, dua gen bersifat epistatik terhadap allel dominan . Nisbah fenotipe pada F2 adalah 9 : 7.



III. ALAT DAN BAHAN
Ø  Alat :
  1. Kertas
  2. Tabel data analisa


Ø  Bahan :
  1. Kantong plastik gelap
  2. Kancing baju


IV. CARA KERJA
  1. Monohibrid
-          Monohibrid
-          Mengambil dua kantong plastik gelap, masing – masing kantong diisi dengan dua macam warna kancing baju dalam jumlah yang sama.
-          Masing – masing warna 50 buah, jadi dalam satu kantong plastik terdapat 100 biji kancing baju dalam dua warna.
-          Mengocok kantong plastik sehomogen mungkin
-          Mengambil satu biji kancing secara acak dari masing-masing kantong.
-          Mencatat hasil yang di peroleh pada kertas yang tersedia.
-          Memasukan kancing baju yang sudah dipakai kedalam kantong olastik dan mengocok lagi sehomogen mungkin
-          Mengambil lagi kancing secara acak dari masing – masing kantong, dan kemudian lakukan hal yang sama seperti langkah di atas.
-          Pengambilan dilakukan sebanyak 60 kali, 90 kali, 120 kali.
-          Menghitung hasil kemudian memasukkan kedalam tabel
-          Menganalisa dengan X2 (chi-square Methods).
                                                                      
b.       Dihibrid
-           Mengambil dua kantong plastik gelap,masing-masing kantong diisi dengan dua macam warna kancing baju dalam jumlah yang sama.
-            Masing-masing warna 50 buah , jadi dalam satu kantong plastik terdapat 100 biji kancing baju dalam dua warna.
-           Mengocok kantong plastik sehomogen mungkin
-           Mengambil satu biji kancing secara acak dari masing - masing kantong.
-           Mencatat hasil yang diperoleh
-           Memasukkan kancing baju yang sudah diambil , kemudian mengocok lagi sehomogen mungkin
-           Mengambil lagi kancing baju secara acak dari masing-masing kantong  dan kemudian lakukan hal yang sama seperti langkah di atas.
-           Pengambilan dilakukan sebanyak 60 lali,90 kali,120 kali.
-           Menghitung hasil yang diperoleh dan memasukkan kedalam tabel yang tersedia
-           Menganalisa dengan X2 (chi-square Methods)



V. HASIL PENGAMATAN
( Terlampir )


VI. PEMBAHASAN
-          Monohibrid
Praktikum dalam perlakuan monohibrid adalah dengan menyiapkan kancing baju berwarna hitam sebanyak 50 biji dan kancing baju berwarna putih sebanyak 50 biji. Kancing baju tersebut ditempatkan kedalam kantong plastik berwarna hitam menjadi satu dengan jumlah 100 yang didalamnya terdapat dua jenis kancing baju berwarna hitam dan putih . Kemudian dikocok hingga homogen dan mengambil peluang dengan jumlah dua kancing baju. Pengambilan peluang tersebut dilakukan sebanyak 100 kali pengambilan tanpa ada unsur melihat. Pengambilan peluang dilakukan supaya mengetahui yang lebih dominan. Perbandingan praktikum monohibrid ini adalah menggunakan 3 : 1. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan hasilnya yang paling dominan adalah warna hitam (H) dengan jumlah peluang 73. Untuk warna putih (h) mendapatkan peluang sebanyak 27 . Sesuai kesepakatan dari hasil percobaan dapat kami terima atau dengan kata lain sesuai dengan Hukum Mendel , karena hasil ( X2 ) yang kami peroleh yaitu 0,186 ini berarti < 3,84.
-          Dihibrid
Pada perlakuan praktikum dihibrid yaitu menggunakan dua jenis kancing baju yang berwarna merah , hijau , hitam dan putih dengan masing-masing berjumlah 50. Kemudian menyiapkan kantong plastik 2 dimana yang pertama berisi masing-masing 50 kancing baju berwarna hijau dan merah kemudian kantong plastik kedua berisi kancing baju berwarna hitam dan putih dengan jumlah masing – masing 50. Untuk peluang mengambil 2 sekaligus . Sebagai analogi untuk menunjukkan sifat atau karakter yang berbeda yaitu sebagai gen dominan hitam dan merah sebagai gen resesif putih dan hijau dengan 100 kali pengulangan dalam pengambilan data. Berdasarkan pengamatan dari kelompok kami untuk merah hitam memperoleh peluang 56 kali  , hitam hijau  24 , putih merah 18 , putih hijau 2 dan pada hasil untuk perbandingannya adalah 9 : 3 : 3 : 1 . Untuk penghitungan dengan chi-square menunjukkan hasil bahwa tidak menyimpang disebabkan karena hasil X2 adalah 4,391 yang berarti < ( kurang dari) 7,82 dimana 7,82 itu sebagai ketentuan acuan pada dihibrid.
-          Penyimpangan – penyimpangan dihibrid
Untuk perlakuan pada praktikum penyimpangan – pemyimpangan dihibrid menyiapkan dua kantong plastik hitam dengan masing – masing jumlah 50 kancing baju berwarna hijau dan merah untuk kantong plastik yang pertama dan masing – masing 50 kancing baju berwarna hitam dan putih untuk yang kedua . Dilakukan 100 kali dalam percobaan untuk setiap poin penyimpangan. Pada penyimpangan ini ada 5 macam yaitu Epistasis resesif , Epistasis resesif ganda , Epistasis dominan rangkap , Epistasis dominan dan Epistasis dominan resesif. Dalam praktikum ini mendapatkan hasil untuk percobaan :
  1. Epistasis resesif memiliki hasil X2 yaitu 0,121 dengan perbandingan 9 : 3 : 4 ,
  2. Epistasis resesif ganda memiliki hasil X2 yaitu 0,002 dengan perbandingan 9 : 7 ,
  3. Epistasis dominan ganda memiliki hasil X2 yaitu 3,079 dengan perbandingan 15 : 1 ,
  4. Epistasis dominan resesif memiliki hasil X2 yaitu 1,79 dengan perbandingan 13 : 3 , dan
  5. Epistasis dominan memiliki hasil X2 yaitu 3,249 dengan perbandingan 12 : 3 : 1 .
Kelima jumlah hasil di atas dibandingkan dengan ch-square dihibrid dengan hukum mendel memiliki X2 ketentuan 7,82. Dari pengamatan dan perhitungan kelompok kami dapat diambil kesimpulan bahwa dari jumlah kelima penghitungan masing – masing penyimpangan pada dihibrid menunjukan hasil 8,241 , jumlah tersebut lebih dari 7,82 sehingga dikatakan menyimpang. Apabila hasil jumlah kurang dari 7,82 itu dapat dikatakan sesuai dengan hukum mendel dan tidak ada penyimpangan .








VII. KESIMPULAN
  1. Monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan satu karakter yang berbeda.
  2. Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan dua karakter yang berbeda.
  3. Dalam praktikum perlakuan untuk monohibrid hasilnya sesuai dengan hukum mendel artinya tidak terdapat penympangan.
  4. Untuk praktuikum monohibrid menggunakan perbandingan 3 : 1.
  5. Dalam praktikum dihibrid menghasilkan X2 kurang dari 7 , 82 dan dapat dikatakan tidak ada penyimpangan.
  6. Terdapat 5 macam penyimpangan – penyimpangan dalam dihibrid yaitu  Epistasis resesif , Epistasis resesif ganda , Epistasis dominan rangkap , Epistasis dominan dan Epistasis dominan resesif.
  7. Daripenghitungan  jumlah kelima macam penyimpangan – penyimpangan dihibrid menujukan hasil 8,241 yang berarti lebih dari 7,82 yang merupakan ketentuan X2  dari ketentuan hukum mendel sehingga mengapa dikatakan sebagai penyimpangan.
                                                                                                             


VIII. DAFTAR PUSTAKA
Suryo.1994.Genetika Tumbuhan.UGM Press : Yogyakarta.
Tieng,Kiaw.2012.Genetika Dasar.Bandung : ITB.
Wildan,Yatim.1986.Genetika.:Tarsitu : Bandung.

Lampiran
-          ( Terlampir )

0 komentar:

Posting Komentar

 

PRAKTIKUM APLIKASI KOMPUTER Template by Ipietoon Cute Blog Design