Selasa, 13 Juni 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PERSILANGAN BUATAN



Sabtu,22 April 2017


PERSILANGAN BUATAN
                                                                  

I. TUJUAN
1. Melatih penggunaan rumus Binomial Newton.
2. Melatih penggunaan ch-square Methods.


II. DASAR TEORI
 A.     Persilangan monohybrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Dengan kata lain, sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat intermedier.
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom dengan yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak. Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1 meter. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan untuk mengamati. Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil berikut: Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya adalah tinggi, sedangkan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangakn ratio genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu tumbuhan ercis homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek.

B.   Persilangan dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of  Independent assortmen of genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb.
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan dipelajari dua individu dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan dihibrid. Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning.
Penyimpangan – penyimpangan yang terjadi pada dihibrid ada 4 macam , yaitu :
a.       Epistasi dominan
Epitasi dominan terjadi jika dua pasang gen dominan lengkap mengatur sifat yang sama tetapi satu allel dominan pada satu allel lokus dapat menghasilkan fenotip tertentu, tidak tergantung gen pada lokus yang lain dominan maupun resesif. Nisbah fenotipe pada F2 adalah 12 : 3 : 1.
b.      Epistasi resesif
Terjadi apabila dua gen dominan lengkap tetapi gen resesif pada suatu lokus akan menekan penampilan allel  pada lokus yang lain . Nisbah fenotipe pada F2  adalah 9 : 2 : 1 .
c.       Epistasi dominan resesif
Terjadi apabila satu gen dominan pada satu lokus dan homozygot resesif pada lokus yang lain bersifat epsitatik, yaitu apabila terdapat salah satu gen itu akan mencegah pemuatan hasil akhir gen. Nisbah fenotipe pada F2 adalah13 : 3.
d.      Dominan rangkap
Terjadi apabila dua allel memiliki peran yang sama dalam mengatur satu sifat. Nisbah fenotipe pada F2 ADALAH 15 : 1 .
e.       Resesif rangkap ( Suryo, 1984 )
Terjadi apabila Fenotipe yang sama dihasilkan oleh kedua genotipe homozygot resesif, dua gen bersifat epistatik terhadap allel dominan . Nisbah fenotipe pada F2 adalah 9 : 7.



III. ALAT DAN BAHAN
Ø  Alat :
  1. Kertas
  2. Tabel data analisa


Ø  Bahan :
  1. Kantong plastik gelap
  2. Kancing baju


IV. CARA KERJA
  1. Monohibrid
-          Monohibrid
-          Mengambil dua kantong plastik gelap, masing – masing kantong diisi dengan dua macam warna kancing baju dalam jumlah yang sama.
-          Masing – masing warna 50 buah, jadi dalam satu kantong plastik terdapat 100 biji kancing baju dalam dua warna.
-          Mengocok kantong plastik sehomogen mungkin
-          Mengambil satu biji kancing secara acak dari masing-masing kantong.
-          Mencatat hasil yang di peroleh pada kertas yang tersedia.
-          Memasukan kancing baju yang sudah dipakai kedalam kantong olastik dan mengocok lagi sehomogen mungkin
-          Mengambil lagi kancing secara acak dari masing – masing kantong, dan kemudian lakukan hal yang sama seperti langkah di atas.
-          Pengambilan dilakukan sebanyak 60 kali, 90 kali, 120 kali.
-          Menghitung hasil kemudian memasukkan kedalam tabel
-          Menganalisa dengan X2 (chi-square Methods).
                                                                      
b.       Dihibrid
-           Mengambil dua kantong plastik gelap,masing-masing kantong diisi dengan dua macam warna kancing baju dalam jumlah yang sama.
-            Masing-masing warna 50 buah , jadi dalam satu kantong plastik terdapat 100 biji kancing baju dalam dua warna.
-           Mengocok kantong plastik sehomogen mungkin
-           Mengambil satu biji kancing secara acak dari masing - masing kantong.
-           Mencatat hasil yang diperoleh
-           Memasukkan kancing baju yang sudah diambil , kemudian mengocok lagi sehomogen mungkin
-           Mengambil lagi kancing baju secara acak dari masing-masing kantong  dan kemudian lakukan hal yang sama seperti langkah di atas.
-           Pengambilan dilakukan sebanyak 60 lali,90 kali,120 kali.
-           Menghitung hasil yang diperoleh dan memasukkan kedalam tabel yang tersedia
-           Menganalisa dengan X2 (chi-square Methods)



V. HASIL PENGAMATAN
( Terlampir )


VI. PEMBAHASAN
-          Monohibrid
Praktikum dalam perlakuan monohibrid adalah dengan menyiapkan kancing baju berwarna hitam sebanyak 50 biji dan kancing baju berwarna putih sebanyak 50 biji. Kancing baju tersebut ditempatkan kedalam kantong plastik berwarna hitam menjadi satu dengan jumlah 100 yang didalamnya terdapat dua jenis kancing baju berwarna hitam dan putih . Kemudian dikocok hingga homogen dan mengambil peluang dengan jumlah dua kancing baju. Pengambilan peluang tersebut dilakukan sebanyak 100 kali pengambilan tanpa ada unsur melihat. Pengambilan peluang dilakukan supaya mengetahui yang lebih dominan. Perbandingan praktikum monohibrid ini adalah menggunakan 3 : 1. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan hasilnya yang paling dominan adalah warna hitam (H) dengan jumlah peluang 73. Untuk warna putih (h) mendapatkan peluang sebanyak 27 . Sesuai kesepakatan dari hasil percobaan dapat kami terima atau dengan kata lain sesuai dengan Hukum Mendel , karena hasil ( X2 ) yang kami peroleh yaitu 0,186 ini berarti < 3,84.
-          Dihibrid
Pada perlakuan praktikum dihibrid yaitu menggunakan dua jenis kancing baju yang berwarna merah , hijau , hitam dan putih dengan masing-masing berjumlah 50. Kemudian menyiapkan kantong plastik 2 dimana yang pertama berisi masing-masing 50 kancing baju berwarna hijau dan merah kemudian kantong plastik kedua berisi kancing baju berwarna hitam dan putih dengan jumlah masing – masing 50. Untuk peluang mengambil 2 sekaligus . Sebagai analogi untuk menunjukkan sifat atau karakter yang berbeda yaitu sebagai gen dominan hitam dan merah sebagai gen resesif putih dan hijau dengan 100 kali pengulangan dalam pengambilan data. Berdasarkan pengamatan dari kelompok kami untuk merah hitam memperoleh peluang 56 kali  , hitam hijau  24 , putih merah 18 , putih hijau 2 dan pada hasil untuk perbandingannya adalah 9 : 3 : 3 : 1 . Untuk penghitungan dengan chi-square menunjukkan hasil bahwa tidak menyimpang disebabkan karena hasil X2 adalah 4,391 yang berarti < ( kurang dari) 7,82 dimana 7,82 itu sebagai ketentuan acuan pada dihibrid.
-          Penyimpangan – penyimpangan dihibrid
Untuk perlakuan pada praktikum penyimpangan – pemyimpangan dihibrid menyiapkan dua kantong plastik hitam dengan masing – masing jumlah 50 kancing baju berwarna hijau dan merah untuk kantong plastik yang pertama dan masing – masing 50 kancing baju berwarna hitam dan putih untuk yang kedua . Dilakukan 100 kali dalam percobaan untuk setiap poin penyimpangan. Pada penyimpangan ini ada 5 macam yaitu Epistasis resesif , Epistasis resesif ganda , Epistasis dominan rangkap , Epistasis dominan dan Epistasis dominan resesif. Dalam praktikum ini mendapatkan hasil untuk percobaan :
  1. Epistasis resesif memiliki hasil X2 yaitu 0,121 dengan perbandingan 9 : 3 : 4 ,
  2. Epistasis resesif ganda memiliki hasil X2 yaitu 0,002 dengan perbandingan 9 : 7 ,
  3. Epistasis dominan ganda memiliki hasil X2 yaitu 3,079 dengan perbandingan 15 : 1 ,
  4. Epistasis dominan resesif memiliki hasil X2 yaitu 1,79 dengan perbandingan 13 : 3 , dan
  5. Epistasis dominan memiliki hasil X2 yaitu 3,249 dengan perbandingan 12 : 3 : 1 .
Kelima jumlah hasil di atas dibandingkan dengan ch-square dihibrid dengan hukum mendel memiliki X2 ketentuan 7,82. Dari pengamatan dan perhitungan kelompok kami dapat diambil kesimpulan bahwa dari jumlah kelima penghitungan masing – masing penyimpangan pada dihibrid menunjukan hasil 8,241 , jumlah tersebut lebih dari 7,82 sehingga dikatakan menyimpang. Apabila hasil jumlah kurang dari 7,82 itu dapat dikatakan sesuai dengan hukum mendel dan tidak ada penyimpangan .








VII. KESIMPULAN
  1. Monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan satu karakter yang berbeda.
  2. Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan dua karakter yang berbeda.
  3. Dalam praktikum perlakuan untuk monohibrid hasilnya sesuai dengan hukum mendel artinya tidak terdapat penympangan.
  4. Untuk praktuikum monohibrid menggunakan perbandingan 3 : 1.
  5. Dalam praktikum dihibrid menghasilkan X2 kurang dari 7 , 82 dan dapat dikatakan tidak ada penyimpangan.
  6. Terdapat 5 macam penyimpangan – penyimpangan dalam dihibrid yaitu  Epistasis resesif , Epistasis resesif ganda , Epistasis dominan rangkap , Epistasis dominan dan Epistasis dominan resesif.
  7. Daripenghitungan  jumlah kelima macam penyimpangan – penyimpangan dihibrid menujukan hasil 8,241 yang berarti lebih dari 7,82 yang merupakan ketentuan X2  dari ketentuan hukum mendel sehingga mengapa dikatakan sebagai penyimpangan.
                                                                                                             


VIII. DAFTAR PUSTAKA
Suryo.1994.Genetika Tumbuhan.UGM Press : Yogyakarta.
Tieng,Kiaw.2012.Genetika Dasar.Bandung : ITB.
Wildan,Yatim.1986.Genetika.:Tarsitu : Bandung.

Lampiran
-          ( Terlampir )

PERTANIAN SEBAGAI KEWIRAUSAHAAN



NAMA           : VIVI KUKUH AGUSTINA
NIM               : 1604020053
PRODI           : AGROTEKNOLOGI
TEMA            : PERTANIAN SEBAGAI KEWIRAUSAHAAN

Budidaya Mawar Sebagai Tanaman Hias
Mawar adalah tanaman semak dari genus Rosa yang dibatangnya memiliki duri-duri kecil dan tanaman ini bisa tumbuh menjulang tinggi hingga 5 meter. Mawar merupakan tanaman yang cukup mudah untuk ditanam. Ini menjadi alasan Muhammad Irfantoro salah satu warga Karang Sari,Banyumas untuk menekuni budidaya mawar sejak tahun 2012. Jenis mawar yang biasa di budidaya adalah Bunga Mawar Talitha , Bunga mawar putri , bunga dan mawar mega putih.
Tanaman mawar biasa  ditanam pada pot atau poliback. Penanaman mawar dilakukan dengan mempersiapkan lahan dan media tanam. Persiapan dilakukan dengan membuat lubang-lubang pada lahan dengan ukuran tertentu. Kemudian tanam bibit yang telah dipersiapkan pada lahan selesai penanaman bibit,bibit yang baru ditanam diberi air sampai cukup basah. Tanaman mawar yang sudah berbunga di jual di pasar , di toko bunga pinggir jalan atau bisa juga mengikuti event pameran tanaman hias.

LAPORAN PRAKTIKUM UJI DRAINASE TANAH



LAPORAN PRAKTIKUM
UJI DRAINASE TANAH




Oleh :
                                        Nama   :   Vivi Kukuh Agustina
                                NIM     :   1604020053

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016/2017
BAB I
UJI DRAINASE TANAH
BAB II
TEORI DASAR
Drainase adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan tingkat drainase tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah, drainase didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat. Selain itu drainase juga merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah.hantaran hidraulik tanah timbul adanya pori kapiler yang saling bersambungan dengan satu dengan yang lain. Secara kuantitatif hantaran hidraulik jenuh dapat di artikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air dan sebagai media pori adalah tanah. Penetapan hantaran hidraulik didasarkan pada hukum Darcy. Dalam hukum ini tanah dianggap sebagai kelompok tabung kapiler halus dan lurus dengan jari-jari yang seragam. Sehingga gerakan air dalam tabung tersebut di anggap mempunyai kecepatan yang sama.
Kajian pedologi mendefinisikan tanah berdasarkan dinamika dan evolusi tanah secara alamiah atau berdasarkan pengetahuan alam murni. Beberapa contoh kajian lebih lanjut tentang tanah dengan landasan pendekatan pedologi adalah: fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah, morfologi tanah, klasifikasi tanah, survei tanah, pemetaan tanah, analisis bentang lahan, dan ilmu ukur tanah. Kajian edaphologi mendefinisikan tanah berdasarkan peranan tanah tersebut sebagai media tumbuh tanaman. Beberapa contoh kajian tanah tingkat lanjut yang dilandasi pendekatan edaphologi adalah: kesuburan tanah, konservasi tanah dan air, agrohidrologi, pupuk dan pemupukan, ekologi tanah, dan bioteknologi tanah.
Drainase tanah adalah kemampuan tanah mengalirkan dan mengaruskan kelebihan air yang berada dalam tanah maupun pada permukaan tanah. Air berlebihan yang menggenangi tanah disebabkan oleh pengaruh topografi, air tanah yang dangkal, dan curah hujan. Untuk mengatasi sifat drainase yang buruk dilakukan dengan membangun selokan-selokan.
Karakteristik Kelas Drainase Tanah :
1. Cepat (excessively drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan dayamenahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi.Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpabercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
2. Agak cepat (somewhat excessively drained)
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah.Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
3. Baik (well drained):
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 100 cm.
4. Agak baik (moderately well drained):
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah, tanah basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan 0 sampai 50 cm.
5. Agak terhambat (somewhat poorly drained):
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley(reduksi) pada lapisan 0 sampai 25 cm.
6. Terhambat (poorly drained):
Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang ke cukup lama sampai permukaan. Tanah kemikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besidan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
7. Sangat terhambat (very poorly drained):
Tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air (pori air tersedia) sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.


BAB III
TUJUAN
            Praktikum ini bertujuan untuk :
1.      Untuk melakukan pengujian terhadap drainase tanah.
2.      Untuk mengetahui berapa waktu tanah dalam meneruskan air.
3.      Untuk mengetahui kemampuan tanah meneruskan air.

BAB IV
MATERI PRAKTIKUM
A.     Bahan
1.      Tanah ¾ paralon aearasi
2.      Air 1000 ml
B.     Alat
1.      Bor Tanah
2.      Gelas Ukur
3.      Stopwatch
4.      Paralon aerasi yang memiliki tutup dan lubang di bagian samping dan bawah

BAB V
PROSEDUR KERJA
  1. Mempersiapkan paralon aerasi yang berpori di bagian bawah.
2.      Mengebor tanah sedalam paralon aerasi yang telah disiapkan
3.      Memasukan tanah ¾ bagian paralon.
4.      Memasukan paralon yang telah diisi tanah kedalam lubang yang telah dibor.
5.      Memasukan air kedalam paralon sebanyak 1000 ml.
6.      Mengamati dan mengukur waktu hingga tanah tidak ada air.
7.      Memfoto dan mencatat hasilnya.

BAB VI
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA
1.      Laporan sementara
Volume
Air

Kelompok

Waktu
1000 ml
1
3 menit 2 detik
1000 ml
2
15 menit
1000 ml
3
7 menit
1000 ml
4
23 menit




2.      Foto
Description: C:\Users\Ismi\Documents\AGROTEKNOLOGI\ILMU TANAH\FOTO\uji drainase tanah\IMG20161205161816.jpg

BAB VII
PEMBAHASAN
            Praktikum kali ini kami melakukan uji drainase tanah yaitu dengan memasukan tanah pada paralon aerasi dan paralon aerasi tersebut diletakkan pada lubang sedalam paralon tersebut dan diberi air sebanyak 1000 ml dan ditunggu sampai air tersebut mengendap kedalam tanah. Dari pengamatan yang telah dilakukan ditemukan perbedaan kecepatan tanah dalam menyerap air. Dari keenam paralon aerasi memiliki waktu serap yang berbeda-beda. Waktu yang paling lama pada saat kita melakukan uji ini adalah 23 menit untuk dapat menghabiskan air sebanyak 1000 ml. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan air dan udara pada masing – masing  tanah. Apabila kandungan air yang tinggi dan kandungan udara yang sedikit maka daya serap air akan berlangsung lama sedangkan apabila kandungan air yang sedikit dan kandungan udara yang banyak maka air akan diserap oleh tanah dalam waktu yang cepat.
            Adapun Faktor yang mempengaruhi Drainase tanah ini yaitu: Tekstur, dimana sangat mempengaruhi drainase tanah. Hal ini dikarenakan permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang bertekstur pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah. Kedua Struktur, semakin banyak ruang antar struktur, maka semakin cepat juga permeabilitas dalam tanah tersebut. Misalnya tanah yang berstruktur lempeng akan sulit di tembus oleh air daru pada berstruktur remah. Ketiga Porositas, pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut. Keempat Viskositas, sama juga dengan kekentalan air, semakin kental air tersebut, maka semakin sulit juga air untuk menembuas tanah tersebut. Gravitasi, karena permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menrut gaya gravitasi.

BAB VIII
KESIMPULAN
1.      Drainase adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah meloloskan air
2.      drainase juga merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah
3.      Tanah mampu meresapkan air dengan waktu yang cukup cepat adalah pada kelompok pertama dengan waktu 3 menit 2 detik.
4.      Apabila kandungan air yang tinggi dan kandungan udara yang sedikit maka daya serap air akan berlangsung lama
5.      Tekstur tanah sangat mempengaruhi drainase tanah. Hal ini dikarenakan permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah.
6.      Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut



BAB IX
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry d. 1943. Fundamental of soil sciense. Yogyakarta : gajah Mada University.
Hardjowigeno, S.1989.Ilmu Tanah.Jakarta:PT.Mediatama Sarana Perkasa.
 

PRAKTIKUM APLIKASI KOMPUTER Template by Ipietoon Cute Blog Design