Sabtu,22
April 2017
PERSILANGAN BUATAN
I. TUJUAN
1. Melatih
penggunaan rumus Binomial Newton.
2. Melatih
penggunaan ch-square Methods.
II. DASAR TEORI
A. Persilangan monohybrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal
dengan The Law of Segretation of Allelic Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang
Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah
secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu
yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu
alel tersebut. Dalam ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan
percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda.
Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan
fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang
individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Dengan
kata lain, sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan
adanya sifat intermedier.
Dalam membicarakan satu sifat
tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom dengan yang bersangkutan
saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen yang lain tidak
ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen
yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif,
sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak. Dalam percobaannya Mendel
menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya perbedaan dalam ukuran pohon,
misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1 meter. Sifat-sifat
tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan untuk
mengamati. Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas
tersebut dimana yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat
hasil berikut: Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi
sehingga ratio fenotifnya adalah tinggi, sedangkan keturunan F2 akan memisah
dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangakn ratio
genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu tumbuhan ercis
homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek.
B. Persilangan dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal
dengan The Law of Independent assortmen
of genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid
atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau
lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan
Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau
perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang
dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa,
dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang
ada hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda pertama
dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif
dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb.
Semua keterangan di atas hanya
membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan dipelajari dua individu
dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan dihibrid. Sebelum
melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang
diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai
contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua
sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna
kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput
berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna
kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang
tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2
dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat
warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna
kuning.
Penyimpangan
– penyimpangan yang terjadi pada dihibrid ada 4 macam , yaitu :
a. Epistasi
dominan
Epitasi dominan
terjadi jika dua pasang gen dominan lengkap mengatur sifat yang sama tetapi
satu allel dominan pada satu allel lokus dapat menghasilkan fenotip tertentu,
tidak tergantung gen pada lokus yang lain dominan maupun resesif. Nisbah
fenotipe pada F2 adalah 12 : 3 : 1.
b. Epistasi
resesif
Terjadi apabila
dua gen dominan lengkap tetapi gen resesif pada suatu lokus akan menekan
penampilan allel pada lokus yang lain .
Nisbah fenotipe pada F2
adalah 9 : 2 : 1 .
c. Epistasi
dominan resesif
Terjadi apabila
satu gen dominan pada satu lokus dan homozygot resesif pada lokus yang lain
bersifat epsitatik, yaitu apabila terdapat salah satu gen itu akan mencegah
pemuatan hasil akhir gen. Nisbah fenotipe pada F2 adalah13 : 3.
d. Dominan
rangkap
Terjadi apabila
dua allel memiliki peran yang sama dalam mengatur satu sifat. Nisbah fenotipe
pada F2 ADALAH 15 : 1 .
e. Resesif
rangkap ( Suryo, 1984 )
Terjadi apabila
Fenotipe yang sama dihasilkan oleh kedua genotipe homozygot resesif, dua gen
bersifat epistatik terhadap allel dominan . Nisbah fenotipe pada F2
adalah 9 : 7.
III.
ALAT DAN BAHAN
Ø
Alat
:
- Kertas
- Tabel data analisa
Ø
Bahan
:
- Kantong plastik gelap
- Kancing baju
IV.
CARA KERJA
- Monohibrid
-
Monohibrid
-
Mengambil dua
kantong plastik gelap, masing – masing kantong diisi dengan dua macam warna
kancing baju dalam jumlah yang sama.
-
Masing – masing
warna 50 buah, jadi dalam satu kantong plastik terdapat 100 biji kancing baju
dalam dua warna.
-
Mengocok kantong
plastik sehomogen mungkin
-
Mengambil satu
biji kancing secara acak dari masing-masing kantong.
-
Mencatat hasil
yang di peroleh pada kertas yang tersedia.
-
Memasukan
kancing baju yang sudah dipakai kedalam kantong olastik dan mengocok lagi
sehomogen mungkin
-
Mengambil lagi
kancing secara acak dari masing – masing kantong, dan kemudian lakukan hal yang
sama seperti langkah di atas.
-
Pengambilan
dilakukan sebanyak 60 kali, 90 kali, 120 kali.
-
Menghitung hasil
kemudian memasukkan kedalam tabel
-
Menganalisa
dengan X2 (chi-square Methods).
b.
Dihibrid
-
Mengambil dua kantong
plastik gelap,masing-masing kantong diisi dengan dua macam warna kancing baju
dalam jumlah yang sama.
-
Masing-masing
warna 50 buah , jadi dalam satu kantong plastik terdapat 100 biji kancing baju
dalam dua warna.
-
Mengocok kantong plastik sehomogen
mungkin
-
Mengambil satu biji kancing secara acak
dari masing - masing kantong.
-
Mencatat hasil yang diperoleh
-
Memasukkan kancing baju yang sudah
diambil , kemudian mengocok lagi sehomogen mungkin
-
Mengambil lagi kancing baju secara acak
dari masing-masing kantong dan kemudian
lakukan hal yang sama seperti langkah di atas.
-
Pengambilan dilakukan sebanyak 60
lali,90 kali,120 kali.
-
Menghitung hasil yang diperoleh dan
memasukkan kedalam tabel yang tersedia
-
Menganalisa dengan X2 (chi-square
Methods)
V.
HASIL PENGAMATAN
(
Terlampir )
VI.
PEMBAHASAN
-
Monohibrid
Praktikum
dalam perlakuan monohibrid adalah dengan menyiapkan kancing baju berwarna hitam
sebanyak 50 biji dan kancing baju berwarna putih sebanyak 50 biji. Kancing baju
tersebut ditempatkan kedalam kantong plastik berwarna hitam menjadi satu dengan
jumlah 100 yang didalamnya terdapat dua jenis kancing baju berwarna hitam dan
putih . Kemudian dikocok hingga homogen dan mengambil peluang dengan jumlah dua
kancing baju. Pengambilan peluang tersebut dilakukan sebanyak 100 kali
pengambilan tanpa ada unsur melihat. Pengambilan peluang dilakukan supaya
mengetahui yang lebih dominan. Perbandingan praktikum monohibrid ini adalah
menggunakan 3 : 1. Berdasarkan praktikum yang kami lakukan hasilnya yang paling
dominan adalah warna hitam (H) dengan jumlah peluang 73. Untuk warna putih (h)
mendapatkan peluang sebanyak 27 . Sesuai kesepakatan dari hasil percobaan dapat
kami terima atau dengan kata lain sesuai dengan Hukum Mendel , karena hasil ( X2
) yang kami peroleh yaitu 0,186 ini berarti < 3,84.
-
Dihibrid
Pada
perlakuan praktikum dihibrid yaitu menggunakan dua jenis kancing baju yang
berwarna merah , hijau , hitam dan putih dengan masing-masing berjumlah 50.
Kemudian menyiapkan kantong plastik 2 dimana yang pertama berisi masing-masing
50 kancing baju berwarna hijau dan merah kemudian kantong plastik kedua berisi
kancing baju berwarna hitam dan putih dengan jumlah masing – masing 50. Untuk
peluang mengambil 2 sekaligus . Sebagai analogi untuk menunjukkan sifat atau
karakter yang berbeda yaitu sebagai gen dominan hitam dan merah sebagai gen
resesif putih dan hijau dengan 100 kali pengulangan dalam pengambilan data.
Berdasarkan pengamatan dari kelompok kami untuk merah hitam memperoleh peluang 56
kali , hitam hijau 24 , putih merah 18 , putih hijau 2 dan pada
hasil untuk perbandingannya adalah 9 : 3 : 3 : 1 . Untuk penghitungan dengan
chi-square menunjukkan hasil bahwa tidak menyimpang disebabkan karena hasil X2
adalah 4,391 yang berarti < ( kurang dari) 7,82 dimana 7,82 itu sebagai
ketentuan acuan pada dihibrid.
-
Penyimpangan – penyimpangan dihibrid
Untuk
perlakuan pada praktikum penyimpangan – pemyimpangan dihibrid menyiapkan dua
kantong plastik hitam dengan masing – masing jumlah 50 kancing baju berwarna
hijau dan merah untuk kantong plastik yang pertama dan masing – masing 50
kancing baju berwarna hitam dan putih untuk yang kedua . Dilakukan 100 kali
dalam percobaan untuk setiap poin penyimpangan. Pada penyimpangan ini ada 5
macam yaitu Epistasis resesif , Epistasis resesif ganda , Epistasis dominan
rangkap , Epistasis dominan dan Epistasis dominan resesif. Dalam praktikum ini
mendapatkan hasil untuk percobaan :
- Epistasis resesif memiliki hasil X2 yaitu 0,121 dengan perbandingan 9 : 3 : 4 ,
- Epistasis resesif ganda memiliki hasil X2 yaitu 0,002 dengan perbandingan 9 : 7 ,
- Epistasis dominan ganda memiliki hasil X2 yaitu 3,079 dengan perbandingan 15 : 1 ,
- Epistasis dominan resesif memiliki hasil X2 yaitu 1,79 dengan perbandingan 13 : 3 , dan
- Epistasis dominan memiliki hasil X2 yaitu 3,249 dengan perbandingan 12 : 3 : 1 .
Kelima jumlah
hasil di atas dibandingkan dengan ch-square dihibrid dengan hukum mendel
memiliki X2 ketentuan 7,82. Dari pengamatan dan perhitungan kelompok
kami dapat diambil kesimpulan bahwa dari jumlah kelima penghitungan masing –
masing penyimpangan pada dihibrid menunjukan hasil 8,241 , jumlah tersebut
lebih dari 7,82 sehingga dikatakan menyimpang. Apabila hasil jumlah kurang dari
7,82 itu dapat dikatakan sesuai dengan hukum mendel dan tidak ada penyimpangan
.
VII.
KESIMPULAN
- Monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan satu karakter yang berbeda.
- Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan dua karakter yang berbeda.
- Dalam praktikum perlakuan untuk monohibrid hasilnya sesuai dengan hukum mendel artinya tidak terdapat penympangan.
- Untuk praktuikum monohibrid menggunakan perbandingan 3 : 1.
- Dalam praktikum dihibrid menghasilkan X2 kurang dari 7 , 82 dan dapat dikatakan tidak ada penyimpangan.
- Terdapat 5 macam penyimpangan – penyimpangan dalam dihibrid yaitu Epistasis resesif , Epistasis resesif ganda , Epistasis dominan rangkap , Epistasis dominan dan Epistasis dominan resesif.
- Daripenghitungan jumlah kelima macam penyimpangan – penyimpangan dihibrid menujukan hasil 8,241 yang berarti lebih dari 7,82 yang merupakan ketentuan X2 dari ketentuan hukum mendel sehingga mengapa dikatakan sebagai penyimpangan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Suryo.1994.Genetika
Tumbuhan.UGM Press : Yogyakarta.
Tieng,Kiaw.2012.Genetika
Dasar.Bandung : ITB.
Wildan,Yatim.1986.Genetika.:Tarsitu
: Bandung.
Lampiran
-
( Terlampir )